Mau dapet uang sambil internetan?

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Tuesday, February 16, 2010

Demokrasi Palsu

Dewasa ini, kita seperti di hadapkan pada sebuah situasi yang sangat membingungkan. Entah hendak dibawa kemanakah negara ini, apakah akan menjadi sebuah negara demokrasi yang sering di gembor-gemborkan oleh pemerintahan sekarang, ataukah malah kembali kepada jaman orde baru, namun dengan versi yang baru pula.

Pada jaman orde baru, kita sebagai rakyat dan warga negara Indonesia sangat di haramkan untuk mengeluarkan pendapat, terutama kritik-kritik terhadap keadaan sosial politik pada saat itu. Terutama kebebasan pers dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas benar-benar sangat di batasi.Namun, ketika berakhirnya masa orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto, kita bagaikan seekor macan yang lepas dari kandangnya. Buas, brutal, tidak beraturan atau mungkin bahasa gampangnya adalah, kebablasan.

Tapi menurut saya, hal itu sangat wajar, karena memang selama jaman orde baru kita sama sekali tidak di berikan ruang untuk berpendapat, menyampaikan kritik, bahkan untuk berekspresi di bidang kesenian pun kita sangat di batasi. Saya ga bisa membayangkan, apabila keadaan sekarang seperti keadaan berpuluh-puluh tahun yang lalu, mungkin saya tidak akan bisa menuliskan ini.

Lalu kini, pemerintahan saat ini mungkin menyadari, bahwa apa yang terjadi sekarang sungguh di luar kendali. SBY sebagai seorang presiden sepertinya mulai merasa bahwa wibawanya sebagai seorang pemimpin telah hilang. Harga dirinya sebagai seorang pemimpin seperti di injak-injak. Dan akhirnya, melalui kementrian Komunikasi dan informatika berusaha meredam orang-orang seperti kita, berusaha membuat peraturan yang mengikat dan membatasi kita dalam memberikan pendapat maupun kritik.

Memang tidak secara terang-terangan, namun, kita semua pasti sudah mahfum, bahwa hal tersebut merupakan sebuah langkah politik yang coba di lakukan SBY di tengah merosotnya popularitasnya belakangan ini dikarenakan kasus century dan kasus-kasus lainnya.

Seperti yang kita ketahui bersama, setelah berakhirnya masa orde baru, SBY adalah presiden pertama yang di pilih secara langsung oleh rakyat. Sungguh merupakan prestasi yang sangat hebat. Pada waktu beliau terpilih, masyarakat Indonesia seperti menaruh harapan yang sangat besar, mengingat kondisi Indonesia yang sedang di landa keterpurukan pada saat itu. Dengan jargon demokrasi yang di bawanya, kita lalu merasa bahwa beliau memang berbeda, bahwa beliau adalah orang yang menghargai pendapat orang lain, baik itu berupa saran maupun kritik.

Akan tetapi, yang terjadi adalah, SBY seperti ketakutan, paranoid, merasa terancam, bahkan menganggap semua orang ingin menjatuhkannya. Orang meberikan kritik dan pendapat selalu di anggap fitnah dan propaganda yang mencoba untuk menjatuhkannya Padahal, beliau sendiri yang menggembar-gemborkan demokrasi. Walaupun memang, terkadang kita memang kebablasan, namun bukan berarti hal tersebut dapat di jadikan alasan untuk kemudian mencoba mempersempit ruang kita untuk berpendapat. Untuk berkreasi dan memberikan kritik. SBY seperti menggiring kita kembali kepada jaman orde baru, namun dengan topeng demokrasi. 

Menurut saya, demokrasi yang sedang kita bangun saat ini adalah demokrasi yang palsu, demokrasi yang tetap saja tidak memberikan dampak positif kepada rakyat banyak. Demokrasi kepura-puraan yang hanya menina bobokan kita untuk sesaat, dan kemudian membuat kita semakin menderita.

Jadi, melalui kesempatan ini, saya hanya ingin mengucapkan, selamat datang kembali orde baru versi baru. Tuggulah kejatuhanmu untuk yang kedua kalinya.


BIG RESPECT!!!

No comments:

Post a Comment