Mau dapet uang sambil internetan?

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Thursday, February 11, 2010

Logika atau Perasaan??

Ada salah seorang teman yang menanyakan, apa dia harus menggunakan logikanya ataukah mengikuti perasaannya. Saya tidak tau pasti maksud dari pertanyaan itu, tapi kalau boleh menebak dan sepertinya memang masalahnya adalah perempuan. Yah, mungkin masalah hati, masalah percintaan, bisa juga masalah - masalah tentang hidup dan kehidupan. Lalu apa jawaban yang saya berikan? " Berhubung saya tidak ingin berdebat panjang, saya hanya mengatakan, kalau kamu terlalu sering mengikuti logikamu, lama - kelamaan kamu ga akan percaya lagi dengan Tuhan. "

Apa maksud dari jawaban yang saya berikan itu? Begini, jawaban saya tadi memang mungkin sangat singkat, namun menurut saya itu padat. hehe..Jawaban saya tadi memang berhubungan dengan keagamaan, karena satu hal yang perlu kita ingat, seburuk apapun kita sebagai manusia, sebandel apapun kita, kita harus mempunyai keyakinan, keimanan yang teguh, sehingga bagaimanapun berlikunya, belok kiri, belok kanan, tidak tentu arah, kita masih merupakan manusia yang beragama. Kita masih percaya Tuhan. Dan Tuhan, ga bisa kita logikakan. Banyak hal yang terkadang memang, terjadi di luar kehendak kita. Dan mungkin, jauh melenceng dari apa yang kita inginkan. Tetapi untuk kita ingat bersama, kita hanya mahluk ciptaan Tuhan, kalau kita memang percaya Tuhan itu ada. Jadi, segala yang terjadi di muka bumi ini, segala sesuatunya sudah menjadi kehendak Tuhan. Kita hanya perlu berusaha, berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik. Walaupun toh akhirnya, Tuhan jualah yang berhak dan yang Maha Tau atas segala sesuatu.

Kita harus belajar untuk memisahkan, kapan kita harus menggunakan logika kita, dan kapan kita harus menggunakan perasaan kita. Tidak semua hal dapat di logikakan. Contohnya Tuhan, roh, dan yang berkaitan dengannya. Bagi yang menyukai ilmu filsafat, atau yang sedang mempelajarinya, saya mohon maaf, tapi jikalau kita berusaha melogikakan agama, melogikakan Tuhan., sepertinya kita tidak akan pernah mampu, dan kalaupun bisa, saya yakin mungkin kita akan meragukan keberadaan Tuhan itu sendiri. Ada hal - hal yang memang kita diciptakan untuk tidak memikirkannya, atau tak mampu memikirkannya dengan akal sehat kita. Itu sudah menjadi kuasa Tuhan. Misalnya, secara logika, orang yang sudah meninggal tidak akan pernah bisa hidup kembali. Tapi coba tanyakan kepada orang yang pernah mengalami mati suri (sudah meninggal, lalu hidup lagi), apa - apa saja yang mereka alami. Kalau Tuhan berkehendak, Kun Fa Ya kun, Jadilah!! Maka niscaya, semua akan terjadi, walaupun secara logika, tidak akan pernah masuk akal. Itulah gunanya keimanan. Hal seperti ini mungkin tidak akan berlaku bagi orang - orang atheis, komunis atau sejenisnya. Yang dimana mereka merasa diri mereka jenius, pintar, sehingga tidak mengakui akan keberadaan Tuhan.

Tetapi menggunakan logika juga merupakan hal yang sangat penting. Tentunya jika dilihat dari permasalahan yang kita hadapi. Biasanya penggunaan logika dilakukan untuk permasalahan - permasalahan yang bersifat duniawi dan pasti. Misalnya, kenapa orang itu begini, atau kenapa orang itu bisa begitu, kenapa 1+1 = 2 dan seterusnya. Apabila di kaitkan dengan masalah percintaan, yang seharusnya, penggunaan logika bisa kita lakukan. Tapi apakah dalam percintaan kita pernah menggunakan logika kita? Agnez monica pernah bilang, cinta ini kadang - kadang tak ada logika. Saya tidak setuju, bukan kadang - kadang, tapi cinta sepertinya memang tidak mengenal logika sama sekali! Cinta itu bisa membuat kita menjadi gila, menjadi orang paling bodoh sedunia. Kita dapat melakukan hal - hal yang di luar nalar kita, jauh dari akal sehat, hanya demi memperjuangkan sesuatu yang di sebut cinta. Bahkan kadang kita lupa, cinta kita kepada manusia jauh melebihi cinta kita terhadap Tuhan. Dimana logikanya? Kalau kita percaya terhadap Tuhan, seharusnya kita bisa segera sadar, bahwa memang semestinya lah cinta kita terhadap Tuhan jauh melebihi cinta kita kepada sesama manusia. Itu logikanya!! Tetapi kita sering lupa akan hal itu, dan itu manusiawi, saya juga mengalaminya, mengalami saat - saat dimana saya adalah orang yang paling bodoh sedunia. Pada saat itu, perasaan bisa mengalahkan logika.
Tetapi ada kalanya, perasaan juga mengambil peranan penting dalam hidup kita. Ketika kita memutuskan untuk membantu seseorang, logikanya, kita tidak akan mendapatkan untung apa - apa, bahkan kita mungkin akan mengalami kerugian, kerugian harta, waktu dan sebagainya. Tapi perasaan cinta kita terhadap sesama, mendorong kita untuk membantu. Dan percayalah, mungkin bukan sekarang, bukan saat ini, tapi nanti, nanti akan ada hal - hal yang baik yang akan terjadi pada diri kita, percayalah.

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah, kapan kita harus menggunakan logika  atau perasaan kita? Jawabannya yaitu, tergantung situasi yang sedang kita hadapi. Renungkanlah, pikirkanlah, kita pasti tau, kapan kita harus menggunakan perasaan kita sebagai manusia, atau kapan kita menggunakan akal sehat kita.


BIG RESPECT!!!

No comments:

Post a Comment